Tata Cara dan Syarat Sholat Taubat Nasuha. Manusia adalah makhluk hidup yang tak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan. Manusia pasti pernah melakukan hal yang dilarang oleh Allah SWT atau abai perintah-Nya, hal ini lah salah dan khilaf yang dapat melahirkan dosa bagi manusia. Oleh sebab itu, jika manusia ingin menebus dosa
Seburuk-buruknya perilaku pendosa dan ahli maksiat, Masih Allah bukakan pintu Taubat bagi mereka. Tidak peduli ntah itu pezina, pembunuh, pemabuk, koruptor, ahli maksiat dan lain sebagaimanya. Selagi nyawa masih ada, pasti taubat seorang hamba akan diterima oleh Allah SWT. Bersumber dari ibnu umar, Rasulullah SAW bersabda اِنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقْبَلُ تَوْبَةَ العَبْدِ مَالَمْ يٌغَرْغِرْ من المصابيح Yang artinya “Sesungguhnya Allah SWT menerima taubat seorang hamba, selagi dia belum tercekik-cekik. Yang dimaksud tercekik-cekik dalam hadist ini adalah bahwa taubat seorang pendosa akan diterima selagi ruh belum mencapai leher. Saat tercekik-cekik ia bisa melihat nasib yang akan ia alami seperti halnya rahmat ataupun kengerian dan kedasyatan. Saat itu terjadi, taubat dan iman seseorang tidak lagi berguna, sebab syarat taubat adalah bertekad meninggalkan dosa dan tak mengulangi dosa lagi. Jika seseorang sudah mati atau meninggal dunia, maka tidak ada lagi kesempatan untuk bertaubat maupun beriman. Dikisahkan dari Sahabat umar bin khatab RA. Beliau berkata دَخَلْتُ مَعَ النَّبِىِّ ﷺ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الاَنْصَاِر وَهُوَ فِى حَالَةِ النَّزْعِ, فَقَالَ لَهُ النَّبِىُّ ﷺ, تُبْ اِلَى الله, فَلَمْ يَعْمَلْ بِلِسَانِهِ وَاَجَالَ عَيْنَيْهِ نَحْوَ السَّمَاءِ, فَتَبَسَّمَ النَّبِىُّ ﷺ, فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا حَمَّلَكَ عَلَى التَّبَسُّمِ؟ فَقَالَ النَّبِىُّ ﷺ اِنَّ هَذَا المَرِيْضُ لَمْ يَعْمَلْ بِلِسَانِهِ التَّوْبَةَ وَاَوْمَأَ بِبَصَرِهِ اِلَى السَّمَاءِ وَنَدِمَ بِقَلْبِهِ. فَقَالَ الله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى "يَا مَلَائِكَتِى اِنَّ عَبْدِى عَجَزَ عَنِ التَّوْبَةِ بِلِسَانِهِ وَنَدِمَ بِقَلْبِهِ, فَلَا اُضِيْعُ تَوْبَتَهُ وَنَدَمَتَهُ بِقَلْبِهِ, أَشْهِدُوا أَنِّى قَدْ غَفَرْتُ لَهُ". درة المجالس Dari Abu Bakar RA, Dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda “Senantiasalah kamu membaca. Laa ilaha illallah dan istighfar, perbanyaklah kamu membaca keduanya. Karena sesungguhnya iblis berkata “Aku telah membinasakan manusia dengan dosa-dosa dan kemaksiatan-kemaksiatan, namun mereka membinasakan aku dengan La ilaha illah dan istighfar. Tatkala aku melihat hal itu, maka aku binasakan mereka dengan hawa nafsu, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk” Durrun Mantsur. Dari Atha’ ibn Khalid, bahwa ia berkata “aku mendengar bahwasanya setelah turunya firman Allah SWT “Waman Yaghfirudz dzunuba illallah wa lam yushirru ala ma fa’alu wahum ya’lamun, maka menjeritlah iblis, memanggil manggil bala tentaranya dan menaburkan tanah diatas kepalanya, serta mengaduh celaka, sehingga datanglah kepadanya bala tentara dari segala daratan dan lautan, lalu tentara terntara itu berkata “Kenapa engkau, wahai tuan kami?” Dari kisah ini, marilah kita senantiasa bertaubat dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman ياايها الذين امنو توبوا الي الله توبة نصوحا. Yang Artinya “ Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat semurni-murninya”. Yang dimaksud dengan taubat nashuha adalah taubatnya seorang yang mengerjakan perbuatan buruk, dan ia tak melakukan dosa itu lagi selama-lamanya. Semoga kisah ini dapat membuka setiap mata hati yang tertutup gelap, sehingga bisa terang dan kembali dijalan Allah yang lurus amin. Wallahu A’lamu Juga Kisah Ahli Maksiat Yang Gagal Masuk Kedalam Neraka Sebab Menangis
Sebagaiseorang muslim, untuk memohon ampun tersebut, dengan melakukan sholat taubat nasuha. Ketika seseorang yang telah melaksanakan sholat taubat nasuha, maka semestinya tidak berbuat dosa atau maksiat lagi. Sholat ini sebaiknya dilaksanakan sendiri, dilakukan dua rakaat dan satu kali salam. Untuk mengerjakan sholat taubat dan mengetahui doa
Dzikrullah atau mengingat Allah ilustrasi. JAKARTA - Pepatah mengatakan, "Banyak jalan menuju Roma." Maknanya, banyak cara untuk meraih suatu tujuan. Hal itu juga berlaku dalam persoalan taubat nasuha. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang cukup panjang. Isinya menceritakan kisah seorang pembunuh berdarah dingin. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Di antara umat sebelum kalian, terdapat seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang." Suatu ketika, terbersit di hati pria tersebut akan azab Sang Pencipta. Dia berpikir, alangkah baiknya bila dia memohon ampunan-Nya sebelum ajal tiba. Namun, apakah taubat orang yang telah membunuh puluhan nyawa tak bersalah akan diterima? Pertanyaan itu sungguh-sungguh membebaninya. "Dia kemudian menanyakan kepada orang-orang tentang siapa di antara mereka yang paling berilmu. Kemudian, dia diarahkan kepada seorang rahib. Dia pun mendatangi rumah rahib itu, untuk kemudian bertanya kepadanya. Dia telah membunuh 99 orang, apakah masih terbuka pintu taubat baginya? Rahib itu pun menjawab, 'Tidak ada." Seketika, pria itu membunuh rahib tersebut, sehingga genap jumlah korbannya seratus orang," sabda Nabi SAW. Kisahnya tidak berhenti sampai di situ. Sang pembunuh lantas menemui tokoh lain. Kali ini, dia diterima serorang alim ulama. Setelah menceritakan keadaannya, dia pun bertanya, apakah masih tersedia taubat baginya? "Orang alim itu menjawab, 'Ya. Siapa pula yang menghalang-halangi untuk bertaubat!? Pergilah dari kota ini dan bergegaslah menuju kota itu. Karena di sana ada kaum yang taat beribadah kepada Allah. Beribadahlah bersama mereka, jangan kembali ke negerimu. Sebab, negerimu itu telah menjadi negeri yang buruk," Nabi SAW melanjutkan sabdanya. Baca juga Kisah Taubat Pembunuh 100 Jiwa 2-Habis sumber Islam Digest RepublikaBACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini AllahSWT berfirman dalam QS. At-Tahrim ayat 8 yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika
Tata Cara Mandi Taubat Sesuai Syariat Islam. Foto Pexels/Michael taubat dan kembali kepada jalan yang benar menjadi hal besar yang terjadi dalam hidup. Sebelum melakukannya, muslim juga perlu mengetahui tata cara mandi taubat sesuai syariat dari buku Ya Allah, Mudahkan Rezeki dan Jodohku!, Ustadz Ahmad Sobiriyanto 201843, tujuan mandi taubat ialah niat menyucikan jasmani dan rohani dari khilaf, lalai, dan dosa demi memulai kehidupan baru yang suci, penuh dengan ibadah, mengingat Allah Swt., melakukan kebaikan kepada sesama, dan bebas dari timbul keinginan demikian, mulailah seorang muslim melakukan taubat, mulai dari melakukan mandi Cara Mandi Taubat Ilustrasi orang yang kembali pada jalan kebenaran atau bertaubat. Foto Pexels/ ini adalah tata cara mandi taubat sesuai syariat Islam yang dapat dilakukan oleh orang yang akan bertaubatSebelum mandi, usahakan untuk mengucapkan niat mandi taubat. Niat ini dapat diucapkan dalam hati ataupun secara adalah bacaan niat mandi taubatنَوَيْتُ الْغُسْلَ لِلتَّوْبَتِ عَنْ جَمِعِ الذُّنُوْبِArab latin "Nawaitul ghusla littaubati 'an jami'idzunuub."Artinya "Aku berniat mandi taubat dari segala dosa dhahir dan batin."Kemudian, saat menyiramkan air ke sekujur tubuh, bacalah doa berikut"Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat."Selanjutnya, berdoalah dalam hati sebagaimana berikut"Ya Allah, aku berniat untuk taubat kepada-Mu dari segala dosa yang pernah aku lakukan. Terimalah taubatku ini, ya Allah. Sungguh, Engkau adalah sebaik-baik Dzat yang menerima taubat."Tata Cara Mandi TaubatSelanjutnya berikut ini merupakan urutan serta tata cara mandi taubatMembaca niat mandi kedua telapak tangan sampai ke sela-sela jari. Dilanjutkan membasuh kedua tangan sebanyak tiga bagian intim menggunakan air dengan tangan kiri hingga semua anggota badan dengan air lalu gunakan sabun dan dibilas hingga seperti halnya wudhu saat hendak sela-sela rambut dengan air dan membersihkannya dengan jari bagian kepala sebanyak tiga seluruh tubuh dimulai dari bagian kanan lalu dan membersihkan kaki hingga sela-sela sholat taubat, akhiri dengan membaca doa taubat berikutاللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لآاِلهَ اِلَّااَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَناَ عَبْدُكَ وَأَناَ عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ من شَرِّمَاصَنَعْتَ. اَبُوْءُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَي وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَArab latin Allaahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa ana'abduka wa ana'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu a'uudzubika min syarri maa shana'tu. abuu ulaka bini'matika 'alayya wa abuu u bidzanbi fahghfirlii fa innahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa "Wahai Tuhan, Engkau adalah Tuhanku, tiada yang patut disembah melainkan hanya Engkau, Engkaulah yang menjadikan aku dan aku adalah hamba-Mu, dan aku dalam ketentuan dan janji-Mu yang Engkau limpahkan kepadaku dan aku mengakui dosaku, karena itulah ampunilah aku, sebab tidak ada yang dapat memberi ampunan melainkan Engkau wahai Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apa yang telah aku perbuat."Melakukan tata cara mandi taubat sesuai syariat Islam menjadi gerbang awal melakukan taubat. Selanjutnya seorang muslim juga dapat melakukan shalat taubat dan mengerjakan ibadah secara istiqomah sesuai dengan syariat Islam. Fitri A Apa tujuan mandi taubat? Apa niat mandi taubat?
FaktaIslam - Saudara Muslimku, setiap orang yang ada di muka bumi ini tidaklah luput dari perbuatan dosa, termasuk diri kita sendiri.Namun dalam hal ini terdapat orang-orang pilihan Allah SWT yang diberikan hidayah untuk bertaubat. Dan Insya Allah kita termasuk salah-satu diaantaranya, oleh karena itu sangat penting kita belajar bagaimana tata cara sholat taubat

Bagaimana cara untuk melakukan taubat nasuha? Panduan ini akan membantu anda melakukan taubat nasuha secara lengkap. Dalam panduan ini, saya akan menerangkan Pengertian taubatHukum taubatSyarat-syarat taubatBacaan istighfar, zikir dan doa taubatTanda taubat diterima … dan sebagainya. Kaedah taubat untuk setiap jenis dosa yang utama dan biasa dilakukan juga turut dinyatakan dalam panduan ini. Semoga membantu. Mari kita mulakan.. Isi KandunganPengenalan Maksud Taubat Hukum BertaubatSyarat-Syarat TaubatCara Taubat NasuhaKaedah Taubat Dari Beberapa Dosa Utama1. Bertaubat Daripada Zina2. Adakah Wajib Mengakui Dosa Silam Kepada Suami?3. Taubat Daripada Mencuri4. Mengambil Harta Anak Yatim & Menjadikan hasil curi sebagai modal perniagaan5. Bertaubat Daripada Dosa yang Melibatkan Hak Manusia Lain6. Bertaubat Dari Mengambil Rasuah7. Bertaubat Daripada Mengumpat Orang8. Bertaubat Dari Pekerjaan Yang Haram9. Bolehkah Menghapuskan Simpanan Barang-Barang Yang Haram Dengan Menjualnya?Adakah Perlu Mengaku & Minta Dijatuhkah Hukuman?Bertaubat Untuk Satu Dosa, Tetapi Masih Tidak Bertaubat Untuk Dosa LainAda Dosa Dengan Manusia LainKeburukan Melakukan Dosa Secara BerterusanBilakah Waktu Taubat Sudah Tidak Diterima Allah?Tanda-Tanda Taubat DiterimaPenutup Yakinlah Allah Itu Maha Pengampun Pengenalan Siapa yang bertaubat kepada Allah sebelum datangnya Al-Ghargharah, maka Allah akan menerima taubatnya.— Riwayat al-Hakim di dalam al-Mustadrak no 7661 dan di dalam Sahih al-Jaamik al-Saghir sahih Apakah yang dimaksudkan dengan al-Ghargharah itu? Ghargharah ialah suatu suara yang keluar daripada kerongkong di saat roh ditarik keluar daripada jasad. Ini bermaksud kita hendaklah bertaubat sebelum datangnya kiamat kecil kematian dan kiamat besar. Orang yang beriman akan menghadap Allah dalam keadaan takut dan mengharap kepadaNya. Panduan ini adalah berdasarkan sebuah risalah yang dikarang Fadhilah al-Sheikh Muhammad Saleh al-Munajjid dan diterjemahkan oleh al-Fadhil Syeikh Daud al-Tetouani. Oleh itu, manfaatkanlah kesempatan yang telah dikurniakan oleh Allah supaya kelak kita tidak memikul bebanan dosa ketika menghadapNya di hari penghisaban. Selagi roh masih belum bercerai dari halkum, selagi itulah “jendela” taubat masih terbuka luas buat kita. InsyaAllah. Maksud Taubat Apakah maksud taubat? Taubat adalah bahasa Arab yang berasal daripada kata-kata “Taaba”. Ertinya ialah kembali. Seseorang dikatakan kembali atau bertaubat apabila dia menjauhi segala perbuatan dosa. Oleh itu, taubat nasuha bolehlah diertikan sebagai Taubat yang seikhlasnya, yang mana dia menyesali dosa-dosanya yang telah dilakukan, meminta ampun kepada Allah dan berazam tidak akan mengulangi lagi dosa tersebut Menurut definisi dari Syarh Riyadh al-Solehin Min Kalami Sayyid al-Mursalin Imam Nawawi yang disyarah oleh Fadhilah Syeikh Muhammad Bin Soleh al-Utsaimeen jilid 1, 38, cetakan Dar Ibn al-Haitsam, Qaherah 2002. Kembali kepada Allah SWT dengan melepaskan seluruh hubungan hati dengan dosa, kemudian kembali mengerjakan kewajipannya kepada Allah SWT. Menurut syariat pula, taubat bermaksud meninggalkan seluruh perbuatan dosa dan menyesali semua kemaksiatan yang telah dikerjakannya kerana Allah SWT. Kemudian berusaha untuk tidak mengulanginya bila-bila dan di mana saja, walaupun dia mampu dan tahu akan kemungkinan untuk mengulanginya. Hukum Bertaubat Hukum bertaubat adalah wajib. Kita wajib bertaubat daripada segala dosa yang sudah telanjur kita kerjakan. Bukan sekadar wajib, bahkan kita wajib segera bertaubat. Sebab ada juga perkara wajib yang boleh ditangguhkan seperti mengerjakan solat, mengerjakan haji dan sebagainya. Ertinya bukanlah bererti sebaik saja masuk waktu solat kita wajib mengerjakannya, tetapi boleh ditangguhkan. Sedangkan taubat ini wajib segera dilakukan. Orang yang banyak meninggalkan solat misalnya, orang yang tidak berpuasa pada bulan Ramadan, orang yang pernah mencuri, minum arak dan sebagainya, wajib segera bertaubat. Tidak boleh dia berkata misalnya. “Nantilah kalau sudah tua saya bertaubat.” Atau dia berkata, “Nantilah saya bertaubat di depan Kaabah.” Ditakutkan nanti belum sempat usia tua sudah dipanggil ke hadrat Ilahi. Syarat-Syarat Taubat Di antara syarat-syarat taubat yang diperkatakan oleh para ulama’ berdasarkan hadis dan ayat-ayat al-Quran adalah Berhenti serta merta daripada dosa yang dilakukan rasa menyesal di atas perbuatan dosa yang telah dilakukan tidak akan melakukan dosa-dosa terdahulu. Tambahan Jika melibatkan hak orang lain, maka hendaklah dipulangkan semula hak orang tersebut dan meminta ampun dan maaf daripada insan tersebut. Jika salah satu daripada tiga perkara ini tidak ada maka taubatnya tidak sah. Untuk lebih jelasnya marilah kita bahas satu persatu syarat itu. Berhenti melakukan dosa maksudnya hendaklah taubat dilakukan setelah meninggalkan dosa. Orang yang selalu menipu dalam berniaga misalnya, sama ada menipu kerana mengurangkan timbangan, menjual barangan palsu dan sebagainya, maka hendaklah dia hentikan dahulu perbuatan menipu itu, kemudian barulah bertaubat. Ramai orang yang menipu dalam perniagaan berulang kali menyatakan taubat tetapi dia tidak meninggalkan perbuatannya. Misalnya setiap kali selepas selesai solat dia mengucapkan istighfar berulang kali kemudian berkata dalam bahasanya sendiri “Ya Allah, ampunkanlah dosaku“. Jelas sekali taubat seperti itu tidak sah. Begitu jugalah dosa-dosa lain yang terdiri daripada berzina, meminum arak, mencuri, berjudi, memakan riba dan sebagainya. Mesti ditinggalkan dahulu perbuatan dosa itu kemudian barulah bertaubat. Bahkan tidak cukup dengan meninggalkan satu jenis dosa saja. Misalnya dia tinggalkan dosa menipu dalam perniagaan dan dia teruskan dosa-dosa lain seperti yang disebutkan di atas. Menyesal telah melakukan dosa maksudnya hendaklah timbul rasa penyesalan dalam hatinya. Ada juga dosa yang menjadi kebanggaan bagi sesetengah orang, misalnya dosa minum arak dan berzina. Ada orang yang berzina semasa mudanya berkata dalam hatinya setelah dia berkahwin atau setelah tua “Nasib baiklah aku puaskan semasa mudaku”. Terkadang orang yang berfikir seperti itu mengaku dia sudah bertaubat. Katanya dia sudah bertaubat tetapi hatinya mengatakan begitu dan bukan menyesal. Kalau tidak timbul rasa penyesalan bererti taubatnya tidak sah. Terkadang dia menceritakan pula kepada orang lain. Kalau dia cerita kepada orang lain bukan hanya dosa lama tidak terampun, bahkan timbul pula dosa baru. Dia mendapat dosa jika menceritakannya kepada orang lain. Berazam tidak melakukannya lagi untuk selamanya maksudnya hendaklah diputuskan dalam hati tidak akan mengulanginya lagi. Kalau hatinya masih separuh separuh, tidak sah taubatnya. Misalnya dia berkata, “Ya Allah, ampunkanlah dosaku berzina itu”. Tetapi hatinya masih ingin melakukannya. Taubat seperti ini tidak sah. Ini sama juga dengan yang sebelumnya, iaitu berazam untuk tidak kembali melakukan semua jenis dosa. Tidak boleh berazam untuk tidak mengulangi menipu pelanggan tetapi masih ingin main perempuan. Apakah taubat seseorang itu sah atau tidak, apakah termasuk taubat nasuha atau taubat pura-pura, hanya Allah SWT yang dapat menentukannya. Allah SWT tidak dapat ditipu kerana Dia tahu apa yang ada dalam hati manusia. Apakah seseorang itu betul menyesal atau tidak, apakah dia betul berazam tidak akan melakukannya lagi, hanya orang yang bertaubat itu yang tahu. Dan yang pasti Allah SWT pun tahu. Biasanya kalau seseorang itu betul betul menyesal, akan timbul kesannya kepada orang yang bertaubat. Orang yang betul menyesal sudah pasti disusuli dengan linangan air mata. Orang yang menyesal biasanya akan berubah sikapnya. Orang yang menyesal akan berubah tutur katanya, cara berpakaiannya, amalannya, pergaulannya dan sebagainya. Bagaimana cara melakukan Taubat Nasuha? Sudah dikira taubat nasuha jika kita mengikuti tiga syarat taubat iaitu kita menyesal, berhenti serta merta dari perbuatan dosa itu dan berazam tidak melakukannya lagi. Namun sebaik-baiknya, rasa menyesal itu lebih elok diikuti dengan memperbanyakkan lafaz istighfar dan melakukan solat sunat taubat. RUJUKAN BERKAITAN Niat & Cara Melakukan Solat Taubat Bagaimana tatacara melakukan solat sunat taubat? Panduan ini akan menerangkan secara langkah-demi-langkah tatacara mengerjakan solat sunat taubat, bacaan istighfar dan doa taubat dengan bantuan transliterasi rumi Ibnu Umar dan Ubai bin Kaab berkata Taubat Nasuha itu ialah, bahawa seseorang bertaubat daripada dosa-dosa kemudian tidak kembali kepadanya lagi seperti tidak mungkin kembalinya susu ke payudara binatang.” Sedangkan Hasan Basri berkata Taubat Nasuha jalah hendaklah seseorang menyesal atas apa dosa yang pernah dikerjakannya pada masa lampau serta diiringi dengan sikap tidak kembali kepadanya.” Pendapat lain mengatakan bahawa di antara tanda-tanda taubat nasuha itu ialah 1. Taubat meliputi segala dosa, sehingga tidak ada satu pun dosa yang tertinggal dan menghilangkan pengaruh nya terhadap jiwa, sebagaimana sinar matahari menghapuskan kegelapan malam. Sesungguhnya orang yang bertaubat dari suatu dosa dan tetap mengerjakan maksiat yang lain, maka taubatnya belum sempurna. 2. Bertekad akan bertaubat hingga akhir hayatnya, untuk mengakhiri dosa-dosa. Berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya yang telah lalu sebagaimana susu tidak akan kembali ke sumber asalnya. 3. Memulai dengan penyesalan dan mengakhiri dengan perbuatan amal soleh dan ketaatan, membersihkan hatinya dari pengaruh maksiat dan berjanji tidak mengulangi perbuatan dosa buat selama-lamanya. 4. Menjauhi seluruh perbuatan dosa. Taubat tidak bererti apa-apa jika disertai dengan perbuatan dosa. Allah SWT tidak akan menerima perbuatan baik seseorang selama dia melakukan perbuatan maksiat tersebut. Jiwa yang terbelenggu dalam memikirkan maksiat akan mengikis habis perbuatan baik. 5. Sesungguhnya seorang hamba tidak dituntut untuk mengerjakan seluruh perbuatan baik, akan tetapi dia dituntut meninggalkan seluruh perbuatan jahat. Dengan akan mendorong dirinya melakukan kebaikan. Bagi seseorang yang bertaubat dari kemunafikan, maka tidak dibenarkan berbuat zina, bahkan dia dituntut melepaskan seluruh kejahatan dari hatinya. 6. Apabila ingin bertaubat dari seluruh dosa, maka seluruh anggota badan harus bertaubat. Taubat mata ialah memelihara pandangan daripada perkara yang haram. Taubat tangan ialah memeliharanya daripada mengambil barang-barang haram. Taubat kemaluan ialah dengan cara menjauhkannya daripada perbuatan zina dan lain-lain sebagainya. 7. Mengenang atau mengingati apa saja yang pernah dikerjakan kemudian melaksanakan kewajipan kewajipan yang telah ditinggalkan. Mengembalikan hak kepada pemiliknya, mentaati segala perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Kaedah Taubat Dari Beberapa Dosa Utama Disini disenaraikan panduan taubat nasuha daripada dosa-dosa utama yang sering berlaku. Dosa-dosa ini bukan sahaja memerlukan taubat kepada Allah, malah mengembalikan hak yang sepatutnya bila melakukan kesalahan terhadap manusia lain. 1. Bertaubat Daripada Zina Saya pernah melakukan perbuatan terkutuk dengan seorang perempuan dan sekarang sangat cara saya perlu bertaubat?Adakah saya perlu berkahwin dengan perempuan itu sebagai tanda taubat?Jika perempuan itu hamil, adakah saya wajib memberikan nafkah terhadap anak hasil perbuatan zina tersebut? Dalam kes zina, terdapat dua keadaan, iaitu Pertama Zina Secara Paksa Jika dia berzina dengan perempuan tersebut secara paksaan, maka hendaklah dia membayar kepada perempuan tersebut mahar mitsil [1] sebagai ganti rugi kemudaratan yang ditanggung. Selain itu, hendaklah dia bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benar taubat. Jika perkara ini sampai ke pengetahuan pihak penguasa, maka perlulah dijatuhkan hukuman yang setimpal ke atasnya. Kedua Zina Suka Sama Suka Jika dia berzina dengan perempuan tersebut dengan kerelaan masing-masing, maka tiadalah apa-apa pun padanya melainkan hanyalah perlu bertaubat kepada Allah dengan sebenar-sebenar taubat. Anak tersebut tidak boleh di’bin’ dinisbahkan kepadanya secara mutlak. Oleh itu, dinisbahkan anak itu kepada ibunya. Dia juga tidak wajib memberi nafkah kepada anak tersebut kerana anak tersebut merupakan anak zina. Selain itu, orang yang bertaubat ini tidak diwajibkan berkahwin dengan perempuan tersebut untuk menutup kesalahan tersebut. Lelaki yang berzina tidak boleh mengahwini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikahwini melainkan oleh lelaki yang berzina atau lelaki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang beriman.— Surah An-Nur 3 Dan tidak boleh menjalankan akad nikah dengan perempuan yang terdapat janin hasil dari zina dalam perutnya, walaupun dari benih sendiri. Dan juga tidak boleh menjalankan akad nikah dengan perempuan yang tidak pasti apakah dia hamil atau tidak — walaupun lelaki dan perempuan itu telah bertaubat. Jika telah nampak tanda rahim wanita itu bebas[2] dari air mani lelaki itu, maka ketika itu adalah haruslah untuk mereka berdua berkahwin dan memulakan kehidupan baru bersama-sama. Nota Kaki1 Mahar Mitsil iaitu mahar yang dinilai mengikut mas kahwin saudara-saudara perempuan yang telah berkahwin dahulu dan hendaklah yang dinilai sama dengan mas kahwin keluarganya yang paling dekat sekali seperti kakak dan ibu itu, mas kahwin juga dinilaikan berdasarkan keadaan perempuan itu sendiri dari segi kecantikan, kekayaan, pelajaran dan Istibra’ rahim pembebasan rahim ialah untuk memastikan perempuan tersebut tidak hamil hasil penzinaan tersebut, iaitu dengan menunggu haid sebanyak selepas tempoh itu, dapatlah diketahui yang perempuan itu hamil atau tidak. Jika hamil, maka hendaklah dia menunggu sehingga melahirkan dan istibra’ rahim adalah perkara yang kerana iddah adalah hak pasangan suami isteri yang sah dan bukannya zina. Manakala dalam kes zina, ia adalah istibra’ Syeikh Saleh Utsaimeen“Iddah adalah hak seorang suami yang menceraikan isterinya. Sedangkan lelaki yang berzina dengannya statusnya bukan suami melainkan fajir/penzina.” Syarh al-Mumti’ [5/215, cetakan Darul Atsar]Maka selepas perempuan yang berzina itu bertaubat dan selesai melakukan Istibra’ rahim, maka adalah sah untuk penzina lelaki itu ingin mengahwini perempuan tersebut, syaratnya adalah lelaki tersebut sudah bertaubat terlebih dahulu. 2. Adakah Wajib Mengakui Dosa Silam Kepada Suami? Saya telah berkahwin dengan seorang lelaki yang malangnya, pada waktu silam saya pernah melakukan perbuatan saya harus menceritakan dosa silam kepada suami saya? Tidak wajib kepada mana-mana pihak untuk menceritakan dosa silamnya kepada pasangannya. Selagi mana Allah menutup keaiban diri kita, maka cukuplah kita bertaubat dengan sebenar-benar taubat kepadaNya. Dan sesiapa yang telah mengahwini seorang anak dara dan apabila tiba malam perkahwinannya dia mengetahui bahawa perempuan tersebut tidak suci lagi disebabkan dosa silam yang dilakukannya, maka lelaki itu berhak mengambil semula mahar yang telah diberikan serta menceraikannya. Jika perempuan tersebut sudah bertaubat, maka rahsiakanlah hal tersebut dan kekallah bersama perempuan itu. Dengan izin Allah, InsyaaAllah suami yang bersabar akan dikurniakan pahala oleh Allah. 3. Taubat Daripada Mencuri Bagaimanakah taubat bagi seorang pencuri? Pertama sekali, jika benda yang dicuri tersebut masih berada dalam simpanan, maka wajib dipulangkan kembali benda tersebut kepada tuannya dengan segera. Jika benda itu telah rosak atau musnah atau sudah buruk, maka wajiblah menukar ganti benda tersebut dan memulangkan kembali kepada tuannya. Jika tidak mampu, maka mintalah maaf serta tolak ansur daripada pemilik barang tersebut. Bagaimana jika tidak berani untuk berterus terang kepada pemilik barang tersebut? Dalam hal ini, pulangkan kembali barang yang dicuri itu menggunakan dengan menggunakan orang tengah. Minta orang tengah tersebut menyampaikan barang tersebut tanpa menyebut nama kita. Selain itu, kita juga boleh memulangkan barang menggunakan pos atau meletakkan barang curi tersebut di tempat asalnya tanpa pengetahuan pemilik asal. Apa yang penting adalah barang tersebut selamat sampai kepada pemilik sebenar barang itu. Bagaimana jika gagal memulangkan barang yang dicuri? Saya pernah mencuri harta syarikat di tempat kerja dan berhenti kerja. Namun sekarang ini saya telah bertaubat serta sangat ingin memulangkan kembali harta tersebut. Tetapi syarikat tersebut telah berpindah dan saya gagal mengesan alamat terbaru yang harus saya lakukan?” Pertama sekali, hendaklah kita terlebih dahulu sedaya upaya mencari tempat dan alamat syarikat atau tuan punya syarikat tersebut dengan segala jalan yang ada. Jika insan tersebut telah mati, maka pulangkanlah benda tersebut kepada waris atau keluarga tuan punya syarikat tersebut. Jika masih juga tidak menjumpainya setelah habis segala ikhtiar, maka sedekahkanlah harta tersebut sebagai penebus kepada harta yang dicuri itu, dan niatkanlah ia untuk insan atau syarikat tersebut – walaupun insan atau syarikat tersebut adalah kafir. Kerana Allah akan memberikan kepada mereka harta di dunia tetapi tidak di akhirat kelak. 4. Mengambil Harta Anak Yatim & Menjadikan hasil curi sebagai modal perniagaan “Saya mengambil harta anak yatim dan menjadikan ia modal perniagaan. Setelah sekian lama, saya mendapat keuntungan dan harta tersebut telah bertambah berkali saya telah bertaubat dan bagaimana harus saya serahkan harta tersebut? Para ulama telah mengeluarkan banyak pendapat mengenai hal ini. Namun pendapat yang paling pertengahan ialah hendaklah memulangkan modal asal itu kepada anak yatim tersebut dan ditambah bersama dengan setengah daripada keuntungan tersebut. Maka jadilah kamu dan anak yatim tersebut seakan-akan rakan kongsi terhadap keuntungan tersebut, dan dalam masa yang sama kamu telah pun memulangkan hak mereka. Pendapat ini dinyatakan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Taimiyah al-Harrani. Pendapat ini telah diperkuatkan oleh Imam Ibnu Qayyim rhm di dalam al-Madaarij. Begitu juga jika seseorang telah mencuri beberapa ekor ternakan daripada unta atau kambing, lalu binatang yang dicuri itu membiak dan beranak – maka hendaklah dipulangkan binatang yang dicuri itu beserta setengah ekor daripada anak-anak binatang tersebut kepada tuan asalnya. Jika binatang ibunya itu telah mati, maka berikanlah harga binatang tersebut bersama setengah ekor anak-anaknya kepada tuannya. ContohnyaKamu telah mencuri duit seorang anak yatim itu sebanyak itu kamu telah memperniagakan wang curi tersebut dan menjadikannya sebagai modal, lalu mendapat keuntungan hasil wang curi yang diperniagakan itu sebanyak itu kamu bertaubat dan ingin itu, hendaklah dipulangkan RM1000 dan ditambah bersama setengah daripada keuntungan tadi iaitu jadi RM3000 yang perlu a’lam. 5. Bertaubat Daripada Dosa yang Melibatkan Hak Manusia Lain Hendaklah sesiapa yang ingin bertaubat itu melepaskan diri dari belenggu kezaliman silamnya yang dahulu dengan melunaskan kembali perkara tersebut dengan Membayar kembali jika berkaitan dengan duit dan harta meminta dihalalkan atau meminta supaya dia memaafkanmu. Jika dia memaafkanmu, maka segala puji bagi Allah. Andai tidak, pulangkan kembali haknya. Sesiapa yang mempunyai kezaliman terhadap saudaranya, iaitu yang berupa maruah atau harta benda, maka mintalah kepadanya agar dihalalkan perkara-perkara tersebut cepat-cepat sebelum diambil daripadanya di hari tiadanya dinar juga dirham, yang mana pada hari itu jika dia mempunyai amalan soleh, maka akan diambil daripada amalan tersebut sekadar kezaliman yang dilakukannya, jika dia tidak mempunyai apa-apa amalan soleh, maka akan diambil pula kejahatan-kejahatan orang yang dizaliminya itu, lalu diberikan kepadanya.– Muttafaqun Alaihi 6. Bertaubat Dari Mengambil Rasuah Saya pernah mengambil rasuah, kemudian saya telah apakah yang perlu saya lakukan dengan duit-duit rasuah yang pernah diterima? Rasuah biasanya berlaku dalam dua keadaan ini 1 Mengambil rasuah daripada orang yang dizalimi Keadaan ini berlaku apabila orang yang dizalimi tersebut terpaksa membayar rasuah untuk menuntut kembali haknya, dimana dia tidak mungkin akan mendapat kembali haknya melainkan dengan membayar rasuah. Maka dalam keadaan sebegini, wajiblah keatas orang yang ingin bertaubat ini memulangkan kembali duit rasuah tersebut kepada pemberi rasuah jenis ini. Kerana hukumnya dikira seperti harta yang dirampas, dan orang yang memberi rasuah tersebut seakan-akan dipaksa. 2 Mengambil rasuah daripada orang zalim Jika pemberi rasuah tersebut memberikan rasuah kepada perkara yang tiada terdapat haknya di situ, maka dalam keadaan ini, duit tersebut tidak perlu dipulangkan. Duit tersebut hendaklah dibelanjakan pada jalan kebaikan yang diharuskan seperti memberikannya kepada fakir miskin. Taubatnya sama seperti sesiapa yang mengambil hak orang lain dari tuannya. 7. Bertaubat Daripada Mengumpat Orang Jika saya pernah mengumpat dan memburukkan orang lain, adakah disyaratkan supaya saya memberitahu mereka tentang dosa tersebut disamping meminta maaf? Masalah sebegini terletak pada perkara berkaitan masalih perkara yang boleh mendatangkan kebaikan dan juga mafasid perkara yang boleh mendatangkan keburukan dan kemudaratan jika kamu memberitahu mereka tentang umpatan kamu dan tuduhan kamu kepada mereka itu. Jika perkara tersebut tidak menambahkan kemarahan dan kesedihan mereka, maka berterus-teranglah kepada mereka tentang hal tersebut secara umum sahaja tanpa perlu memperincikan tentang perkara tersebut berserta meminta maaf dengan penuh penyesalan. Manakala, jika anda risau atau takut apabila diberitahu mereka tentang perkara tersebut akan mengakibatkan permusuhan dan pergaduhan yang besar bakal berlaku kemudharatan yang besar, oleh itu cukuplah kita bertaubat dengan memenuhi beberapa perkara berikut Hendaklah menyesal dan hendaklah meminta keampunan daripada Allah, serta cuba bermuhasabah tentang betapa haram dan terkutuknya perbuatan memuji insan yang diumpati itu dengan pujian kebaikan di hadapan orang lain. Sebutkan segala kebaikan-kebaikan insan dia membela insan yang diumpatinya itu, jika adanya orang lain sedang mengatakan perkara tidak baik terhadap insan kepada Allah agar diampunkan dosa orang yang diumpatinya tanpa pengetahuannya 8. Bertaubat Dari Pekerjaan Yang Haram Saya telah bekerja dalam bidang yang haram dan telah mendapat gaji hasil dari kerja saya sudah saya perlu memulangkan kembali gaji ini kepada majikan saya? Menurut pendapat Ibnu Taimiyah Seseorang yang bekerja dalam bidang yang haram, atau memberikan perkhidmatan yang haram dan telah bertaubat kepada Allah serta masih mempunyai saki-baki gaji dari kerja tersebut – maka hendaklah dia membelanjakan wang tersebut tanpa perlu dia memulangkan semula wang tersebut kepada majikannya. Seorang pelacur yang telah bertaubat tidaklah perlu dia memulangkan kembali wang yang diperolehinya kepada bekas pelanggannya. Seorang penyanyi yang membuat persembahan yang diharamkan tidak mengikut syarak tidak perlu memulangkan kembali duitnya kepada penganjur konsert tersebut. Kerana jika dia memulangkan kembali wang haram tersebut kepada penganjur itu, maka dia telah menghimpunkan kembali duit haram itu dan seterusnya menolong penganjur itu meneruskan kerja haramnya. Maka cukuplah untuk membelanjakan wang tersebut untuk kegunaan lain. 9. Bolehkah Menghapuskan Simpanan Barang-Barang Yang Haram Dengan Menjualnya? Saya telah bertaubat nasuha kepada Allah, tetapi dalam masa yang sama saya masih mempunyai simpanan barang-barang yang haram seperti peralatan judi, arak, filem lucah dan ingin menghapuskan semua barang tersebut dari hidup saya menjualnya? Jawapannya adalah tidak boleh. Tidak boleh menjual barang-barang yang haram dan hasil yang diperolehi dari penjualan barang-barang tersebut adalah haram! Rasulullah SAW bersabda Sesungguhnya Allah jika sudah mengharamkan sesuatu, maka akan diharamkan juga harganya hasil dari perkara yang diharamkan tersebut— Riwayat Ali Ibn Ja’ad, Abu Daud, al-Syafiey, Ahmad, al-Daraqutni dan al-Baihaqi. Apabila kita sudah tahu jika kita menjual sesuatu barang dan pembeli tersebut akan menggunakannya ke jalan yang haram, maka hukumnya tidak boleh menjual barang tersebut. Dan janganlah kamu bertolong-tolong didalam perkara dosa dan permusuhan.— Al-Maidah 2 Adakah Perlu Mengaku & Minta Dijatuhkah Hukuman? Adakah disyaratkan untuk mengakui segala jenayah silam di mahkamah dan meminta dijalankan hukuman? Tidak wajib seseorang itu untuk mengaku segala jenayah silamnya dihadapan seorang hakim supaya dijalankan hukuman ke atasnya. Sesiapa yang telah Allah tutup segala rahsianya, maka tidak mengapalah untuk dia menutupi rahsia dirinya sendiri. Cukuplah dengan taubat kepadaNya dengan sebenar-benar taubat nasuha dan mengakui segala dosa-dosa silam itu dihadapanNya. Bertaubat Untuk Satu Dosa, Tetapi Masih Tidak Bertaubat Untuk Dosa Lain Adakah sah taubat nasuha saya, jika saya hanya bertaubat untuk satu dosa, tetapi masih belum bertaubat terhadap dosa yang lain? Sah taubat terhadap satu dosa walaupun tidak bertaubat untuk jenis dosa yang lain. Tetapi ini hanya terpakai jika dosa tersebut bukanlah dari jenis dosa yang sama, dan juga tidak ada kaitan dengan dosa yang pertama. ContohnyaJika seseorang itu bertaubat daripada dosa mencuri dan dia tidak bertaubat untuk dosa minum arak, maka taubatnya terhadap mencuri tersebut adalah jika dia bertaubat daripada mencuri kereta dan tidak bertaubat dari mencuri wang tabung masjid, maka taubatnya tidaklah juga dengan sesiapa bertaubat dari menghisap syisya dan tidak bertaubat daripada minum arak. — ia tidak dikira sah taubatnya kerana setiap perlakuan tersebut sama sahaja dari segi jenis, rupa dan sahaja dijadikan seakan-akan berlainan. Ada Dosa Dengan Manusia Lain Jika dosa itu ada sangkut-pautnya dengan manusia ditambah lagi satu syarat, iaitu minta maaf kepada orang bersangkutan atau tempat kita mengerjakan kesalahan. Dosa yang ada sangkut-paut dengan manusia misalnya mengumpat orang lain, mencacinya, menuduhnya berzina, mencemarkan nama baiknya, mengambil hartanya dan sebagainya. Dosa-dosa seperti itu tidak memadai hanya dengan bertaubat kepada Allah SWT, tetapi mesti minta maaf kepada orang bersangkutan. Kalau dia maafkan, bersihlah kesalahan kita, tetapi kalau dia tidak maafkan kita tetap berdosa. Nampaknya lebih mudah menyelesaikan kesalahan kepada Allah SWT daripada kesalahan kepada Bani Adam atau manusia. Ini kerana Allah SWT lebih mudah memaafkan kesalahan daripada manusia. Ditambah lagi kalau dosa kepada manusia terkadang kita ingin minta maaf tetapi orangnya tidak tahu di mana lagi atau mungkin sudah meninggal dunia. Jika dosa kepada manusia itu merupakan hutang kepadanya, maka wajib dibayar hutang itu. Kecuali kalau dia mengatakan sudah dimaafkannya dan tidak perlu dibayar lagi, barulah dianggap selesai walaupun hutang tidak dibayar. Kalau dosa itu merupakan harta yang dirampas daripada seseorang atau dicuri, maka hendaklah harta itu dikembalikan. Kalau kita mencuri selipar orang misalnya, tidak boleh kita minta maaf saja kepadanya sementara seliparnya tetap saja kita simpan. Dosa kepada sesama insan ini sepatutnya kita lebih berhati-hati kerana berat akibatnya. Kalau kita mempunyai dosa kepada orang lain, di akhirat nanti sebahagian pahala kita diambil dan diberikan kepada orang yang kita melakukan kesalahan itu. Kalau amal kita tidak mencukupi untuk menebusnya, dosanya akan diambil kemudian ditimpakan kepada kita. Inilah yang dikatakan orang muflis di Padang Mahsyar nanti. Pernah dahulu Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat-sababat baginda “Tahukah kamu siapa orang yang muflis itu?” Para sahabat menjawab “Orang yang muflis menurut pendapat kami ialah orang yang tidak mempunyai wang dirham, dinar dan barang-barang di rumah.” Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan Orang yang muflis dalam kalangan umatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala solatnya, pahala zakat dan puasanya, tetapi dia datang dalam keadaan telah memaki si fulan, telah menuduh si fulan, memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan dan memukul yang lain. Maka diberikanlah kepada si fulan kebaikannya yang ini, kepada si fulan kebaikan yang ini dan seterusnya. Kalau sudah habis kebaikannya sebelum dia membayar akibat dari kesalahan-kesalahannya itu, maka diambillah dosa-dosa mereka si fulan dan fulan, kemudian ditimpakan kepadanya. Kemudian dia dicampakkan ke neraka. Keburukan Melakukan Dosa Secara Berterusan Imam Ibnu Qayyim rhm ada menyatakan beberapa keburukan melakukan dosa-dosa secara berterusan di dalam kitab beliau, al-Daa’ wa al-Dawaa’ Haram dari mendapat ilmu yang dan wujudnya keresahan yang meresahkan di dalam urusan di dalam kehidupan dari berlaku mendapat berasa perkara-perkara dosa yang berterusan melakukan oleh oleh manusia oleh segala binatang titik hitam di atas hati.[3]Diletakkan di bawah dimakbulkan rasa nikmat dari merasa takut di dalam di dalam tawanan di dalam keadaan yang azab seksa Allah di akhirat. 3 Seperti dalam hadis nabi yang bermaksud Sesungguhnya seorang hambah itu jika melakukan satu dosa, maka akan dititik pada hatinya suatu titik hitam. Jika dia bertaubat dan berhenti dari dosa itu, maka akan dibersihkan hatinya itu. Jika dia kembali melakukan dosa itu kembali, titik hitam akan bertambah sehinggalah hatinya hitam berkarat, dan itulah yang dinamakan al-Raan tutupan— al-Hakim dalam al-Mustadrak no. 3908, jilid 2, 562, al-Baihaqi di dalam al-Sunan no. 20763, jilid 10 m/s 316 Bilakah Waktu Taubat Sudah Tidak Diterima Allah? Ada masanya Allah SWT tidak menerima taubat daripada manusia walaupun dia betul-betul bertaubat, menyesali perbuatannya sehingga dia menangis dan sebagainya. Inilah yang selalu diistilahkan dengan “tertutupnya pintu taubat”. Taubat tidak diterima lagi ketika 1. Sudah Nazak Nazak di sini bukan hanya sekadar sakit tenat atau tidak sedarkan diri, tetapi juga jika sudah sampai ke kerongkong seseorang. Biasanya malaikat maut mencabut nyawa manusia dari ubun-ubunnya. Malaikat menarik roh itu dari ubun-ubun seseorang. Roh itu bergerak dari kaki ke arah kepala. Mula-mula jari-jari kakinya tidak bernyawa, kemudian betisnya, menyusul pahanya, perutnya, dadanya sampai lehernya. Ketika roh sudah sampai di leher atau kerongkong, inilah yang dikatakan saat nazak atau ghargharah. Pada waktu ini tidak diterima lagi taubat seseorang. Rasulullah SAW bersabda Sesungguhnya Allah menerima taubat seseorang hamba selama belum sampai saat ghargharah.” Berdasarkan hadis itu, Allah SWT Maha Pengampun dan Dia menerima taubat seseorang hamba walaupun dosanya banyak jika dia betul-betul minta ampun, tetapi dengan syarat belum sampai masa ghargharah. 2. Suasana Terancam Nyawa Firman Allah SWT Dan tidak ada gunanya taubat itu kepada orang yang selalu melakukan kejahatan, hingga apabila salah seorang daripada mereka hampir mati, berkatalah dia Sesungguhnya aku bertaubat sekarang ini, dan tidak pula diterima taubat orang yang mati sedang mereka tetap kafir. Orang yang demikian, Kami telah sediakan seksa yang pedih.” — Surah An-Nisa’ [4]18 Tidak diterima taubat daripada seseorang yang dia bertaubat hanya kerana sudah diambang maut. Taubat seperti itu adalah taubat dalam keadaan terdesak, dalam keadaan genting atau dalam keadaan nyawa di hujung rambut. Taubat seperti itu tidak murni atau tulus dari hati orang yang bertaubat. Kalau bukan kerana keadaan gawat, dia tidak ingat dosanya dan tidak bertaubat. Contohnya orang yang bertaubat ketika kapal terbang yang dia naiki terjatuh. Misalnya ketika pesawat sudah terbakar dan sudah menjunam ke bawah, maka dia masih sempat bertaubat kepada Allah SWT dengan sebenar-benar taubat, maka taubatnya tidak diterima walaupun dia betul-betul menyesali perbuatannya. Taubatnya tidak diterima kerana dia bertaubat dalam keadaan sudah dekat ajalnya. Contoh lainnya orang yang lemas di laut, orang yang terlibat dengan kemalangan jalan raya, orang yang terperangkap di bawah bangunan runtuh dan sebagainya. Maksudnya sudah tipis harapan untuk selamat dan masih terang hati untuk mengingat dosa-dosa yang telah dilakukan dan masih ada waktu untuk bertaubat. Dalam keadaan seperti itu, taubat sudah tidak diterima lagi. Firaun yang terkenal dengan keras kepala dan sombong itu pun masih sedar, insaf dan mengakui kesalahannya ketika berhadapan dengan maut. Firaun menyatakan keimanannya kepada Allah SWT dan ber taubat daripada segala kesalahannya ketika dia tenggelam di laut. Allah SWT tidak menerima taubatnya itu. Firman Allah SWT dalam Surah Yunus ayat 90 yang bermaksud Dan Kami bawakan Bani Israil ke seberang Laut Merah, lalu dikejar oleh Fir’aun dan tenteranya, bertujuan melakukan kezaliman dan pencerobohan, sehingga apabila Fir’aun hampir tenggelam berkatalah dia pada saat yang genting itu Aku percaya, bahawa tiada Tuhan melainkan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku adalah dari orang-orang yang berserah diri menurut perintah.” — Surah Yunus [10]90 Allah SWT tidak menerima taubat Firaun. Sebelumnya dia sudah terlalu jahat. Dia sudah banyak menindas kaum Bani Israil dan ramai yang dia bunuh. Dia telah banyak menentang Nabi Musa AS. Firaun sebenar nya sangat takjub dengan kekuasaan yang dia miliki hingga membuatkan dia sombong. Dia menganggap diri nya raja dari segala raja, bahkan dia mengatakan dirinya Tuhan. Allah SWT tidak bersedia mengampuni kesalahan Firaun, apatah lagi kerana dia menyatakan keimanannya dan bertaubat setelah berada di ambang maut. Allah SWT menjawab kata-kata Firaun itu dengan firman-Nya الفن وقد عصيت قبل وكنت من المفسدين * “Apakah sekarang baru engkau percaya, padahal sesungguhnya engkau telah derhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang-orang yang berbuat kerosakan?” Surah Yunus [10]91 3. Dalam Keadaan Kafir Allah SWT tidak akan menerima taubat seseorang selama dia masih kafir atau belum beriman. Ini sesuai dengan firman Allah SWT Dan tidak ada gunanya taubat itu kepada orang yang selalu melakukan kejahatan, hingga apabila salah seorang daripada mereka hampir mati, berkatalah dia Sesungguhnya aku bertaubat sekarang ini, dan orang yang mati sedang mereka tetap kafir. Orang yang demikian, Kami telah sediakan seksa yang pedih.” Surah An-Nisa’ [4] 18 Jika ada orang kafir yang ingin bertaubat daripada dosa-dosanya, maka hendaklah dia masuk Islam dahulu. Sebenarnya orang kafir jika dia sudah beriman masuk Islam, maka terhapuslah segala dosanya selama dia kafir. Sebaik sahaja masuk Islam, dia bersih daripada dosa seperti keadaan anak yang baru lahir. Sungguh beruntung orang yang mendapat hidayah untuk masuk Islam, apatah lagi jika dia mampu mempertahankan rekod bersih itu sampai akhir hayatnya. 4. Apabila Matahari Terbit Dari Barat Taubat juga tidak diterima apabila matahari terbit dari barat atau tempat terbenamnya. Di antara tanda kiamat kubra tanda besar ialah terbit matahari dari tempat terbenamnya. Menurut riwayat, menjelang kiamat nanti akan terjadi suatu malam panjang. Malam itu cukup lama baru berganti dengan siang. Orang-orang semua sudah penat tidur dan perut pun sudah terasa lapar tetapi hari masih gelap. Setelah penat menunggu, barulah muncul cahaya fajar. Seperti biasa, hari pada pagi harinya mulai terang. Manusia keluar rumah untuk urusan masing-masing. Pada mulanya belum nampak sebarang keanehan. Tetapi alangkah terkejutnya manusia ketika itu tatkala melihat matahari terbit dari barat atau tempat yang biasa ia terbenam. Menurut riwayat peristiwa itu nanti akan terjadi pada hari Jumaat, yakni tepat pada hari terjadinya kiamat. Hari itulah terjadinya kiamat dan pada hari itu pintu taubat sudah ditutup. Tanda-Tanda Taubat Diterima Berkata Ibnu Qayyim rahimahullah; Taubat yang makbul diterima itu memiliki beberapa tanda, di antaranya Bahawa setelah bertaubat, seseorang itu lebih baik daripada dia sentiasa diliputi rasa takut, tidak merasa selesa dari makar seksa Allah SWT walau sekejap antaranya lagi ialah timbulnya rasa sedih dan takut yang mendalam di dalam di antara tuntutan taubat yang benar juga terjadinya rasa sedih yang bersifat khusus di hadapan Tuhan yang tidak ada tandingan-Nya, suatu kesedihan yang sempurna yang meliputinya dari semua arah dan membuatnya merasa tercampak di hadapan Tuhannya dalam keadaan tidak berdaya, hina dan pasrah penuh khusyuk. Selanjutnya Ibnu Qayyim berkata “Apabila Allah menginginkan suatu kebaikan terjadi pada hamba Nya, maka Dia akan membukakan baginya pintu-pintu taubat, penyesalan dan kepiluan kerana telah berbuat dosa, merasa hina di hadapan Tuhan, dia merasa sangat mengharapkan pertolongan Tuhan serta mendekatkan diri kepadaNya.” Penutup Yakinlah Allah Itu Maha Pengampun Katakanlah Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang— Surah al-Zumar 53 Inilah kehebatan dan kebesaran sifat al-Afuw Yang Maha Pemaaf dan al-Ghaffar Yang Maha Pengampun Allah SWT. Oleh itu yakinlah, apabila seorang pendosa menyesal, meminta ampun dan membuat amalan soleh, pasti akan diampunkan segala dosa. Pasti! Semoga panduan ini memberi manfaat yang berguna.

Home» » Kisah Benar : Taubat nasuha dari seorang pramugari Sebagai orang yang dipertanggungjawabkan mengurus jemaah itu, saya pun bergegas menuju ke arah wanita berkenaan. “Kakak ni sakit,” kata saya pada jemaah-jemaah yang lain. Suasana yang tadinya tenang serta merta bertukar menjadi cemas. Semua jemaah nampak panik dengan apa yang
Jakarta Taubat nasuha merupakan konsep penting dalam Islam yang menekankan pentingnya taubat yang ikhlas. Istilah “nasuha” mengacu pada kesucian dan keikhlasan, maka taubat nasuha adalah suatu jenis taubat yang tidak hanya dinyatakan secara lahiriah tetapi juga berasal dari hati yang suci dan tulus. Ini adalah proses mencari pengampunan dari Allah atas dosa-dosa seseorang dan berpaling dari tindakan-tindakan yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Bacaan Doa Taubat Nasuha dan Tata Cara Melakukannya Cara Taubat Nasuha Pelaku Zina, Dilengkapi Doa dan Waktu Melaksanakan Tata Cara Salat Taubat Nasuha Serta Keutamaannya Dilakukan di Bulan Ramadan Dalam Islam, taubat nasuha dianjurkan setiap kali seorang mukmin melakukan dosa atau melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Diyakini bahwa Allah selalu siap mengampuni mereka yang dengan tulus bertobat dan kembali kepada-Nya. Dengan demikian, taubat nasuha adalah cara bagi orang beriman untuk mencari penyucian ruhani dan mendekatkan diri dengan Allah. Taubat nasuha melibatkan beberapa langkah, termasuk mengakui kesalahan, menyesali perbuatan, memohon ampunan kepada Allah, dan menebus kesalahan dengan orang-orang yang mungkin terkena dampak perbuatan. Ini adalah proses yang membutuhkan ketulusan dan keinginan yang tulus untuk berpaling dari dosa dan menjalani hidup yang diridhai Allah. Lantas bagaimana cara melakukannya? Lebih lengkapnya, berikut ini telah rangkum dari berbagai sumber pada Selasa 9/5/2023. Pengertian taubat nasuha, tata cara melakukan taubat nasuha dan juga dalil-dalil yang Jami Al-Islam mulai didirikan tahun 1770 oleh bangsawan ulama dari Minangkabau, Sultan Raja Burhanuddin. Tempat ibadah ini terletak di Jalan KS Tubun Nomor 61 Jakarta Pusat, merupakan saksi perjuangan Islam di Itu Taubat Nasuha?Ilustrasi Islam sumber PixabayTaubat nasuha merupakan istilah bahasa Arab yang sering digunakan dalam ajaran Islam dan merujuk pada taubat yang tulus. Ini adalah jenis pertobatan yang melibatkan penyesalan yang dalam dan sepenuh hati atas kesalahan masa lalu seseorang, komitmen yang kuat untuk berpaling dari tindakan tersebut, dan keinginan yang kuat untuk mencari pengampunan dari Allah dan untuk menebus kesalahan dengan mereka yang mungkin pernah melakukannya. Istilah “nasuha” berarti “suci” atau “tulus”, maka taubat nasuha dianggap sebagai taubat yang tidak hanya tersurat secara lahiriah tetapi juga berasal dari hati yang suci dan tulus. Dipercaya bahwa taubat nasuha dapat mengarah pada pemurnian spiritual dan hubungan yang lebih dekat dengan Allah. Dalam Islam, dianjurkan bagi orang beriman untuk mencari taubat nasuha setiap kali mereka melakukan dosa atau melakukan perilaku yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Diyakini bahwa Allah selalu siap mengampuni mereka yang dengan tulus bertobat dan kembali kepada-Nya. Kesimpulannya, taubat nasuha adalah bagian penting dari ajaran Islam yang menekankan pentingnya taubat yang tulus dan memohon ampunan kepada Allah. Ini adalah cara bagi orang beriman untuk mencari pemurnian spiritual dan mendekatkan diri kepada Allah. Melalui proses taubat nasuha, orang beriman dapat berpaling dari dosa-dosanya dan menjalani kehidupan yang diridhai Allah. Tata Cara Taubat Nasuha Beserta Bacaan DoanyaTaubat nasuha dapat dilakukan dengan cara-cara berikut Mengakui kesalahan yang telah dilakukan Menyesali perbuatan tersebut dan memiliki tekad untuk tidak mengulang kesalahan di masa depan Meohon ampun kepada Allah SWT Memperbaiki diri dan memperbaiki hubungan dengan orang yang mungkin telah terkena dampak dari kesalahan tersebut. Berikut ini adalah bacaan doa taubat nasuha أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِيْ لَا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ Artinya "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Aku memohon ampun kepada Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Mahahidup dan Mahakekal. Aku bertaubat kepada-Nya."Dalil Tentang Taubat NasuhaTerdapat beberapa ayat dan hadis yang menjelaskan tentang taubat nasuha dalam Islam, di antaranya Firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 222 yang artinya, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri". Firman Allah SWT dalam Surah Az-Zumar ayat 53 yang artinya, "Katakanlah "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Hadis riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda yang artinya, "Sesungguhnya Allah lebih gembira dengan taubat seorang hamba-Nya daripada seseorang di antara kamu yang kehilangan unta di padang pasir, lalu ia menemukannya kembali." Hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar ra., Rasulullah SAW bersabda yang artinya, "Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba-Nya selama sebelum tiba-tiba sakaratul maut". Hadis riwayat Imam Ahmad dari Abu Musa Al-Asy'ari ra., Rasulullah SAW bersabda yang artinya, "Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla lebih gembira dengan taubat seorang hamba-Nya daripada kegembiraan seorang yang menemukan bebannya di tengah padang pasir". Dari dalil-dalil tersebut, dapat disimpulkan bahwa taubat nasuha adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim yang ingin mendapatkan ampunan dari Allah SWT dan memperbaiki diri agar lebih dekat dengan-Nya. Dari ayat dan hadis tersebut, dapat disimpulkan bahwa Allah SWT senantiasa menanti hamba-Nya untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya. Taubat nasuha adalah taubat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tulus hati, dan Allah SWT akan selalu menerima taubat hamba-Nya yang berhati dengan niat yang baik.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Olehkarena itu, manusia dituntut untuk bertaubat dan kembali kepada Allah salah satunya dengan melakukan taubat nasuha. Sholat taubat nasuha ini bisa dilakukan dengan tahapan cara yang tepat. Berikut adalah cara melakukan taubat nasuha lengkap dengan niat dan waktu pelaksanaannya yang berhasil dihimpun dari beragam sumber, Jumat (24/12/21).
Tujuan penciptaan manusia dan hakikat penciptaan manusia dalam islam semata-mata adalah untuk mengikuti apa yang telah Allah perintahkan, termasuk menjalankan misi khalifah fil Ard. Inilah yang menjadi tujuan hidup menurut islam juga sebagai konsep manusia dalam islam yang harus diperjuangkan oleh manusia. Dalam pelaksanaannya tentu tidak akan bisa sempurna dan terus menerus sesuai dengan apa yang diharapkan. Tentu ada kesalahan dan manusia pada hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan oleh makhluk-makhluk lainnya. Manusia yang diciptakan dengan sempurna tidak berarti ia tidak bisa melakukan kesalahan dan terbebas dari hukum pahala dan dosa yang Allah tetapkan. Perilaku yang keliru, keji, jahat adalah perilaku yang sangat sering dilakukan oleh kekeliruan manusia tersebut terjadi bisa karena berbagai macam hal. Misalnya saja karena lebih menggunakan hawa nafsunya, tidak mengerti ilmu pengetahuan yang seharusnya digunakan, kebodohan, atau hal-hal lainnya. Kekeliruan tersebut adalah hal manusiawi yang sangat mungkin terjadi oleh siapa saja, kapan saja, dan dimanapun kita sejak zaman Nabi Adam, kekeliruan perilaku sudah terjadi yang menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi berbuat dosa dan salah. Sebagaimana ia melanggar aturan untuk tidak memakan buah khuldi, sedangkan hal tersebut dilanggarnya bersama hawa. Kedosaan pula terjadi pada anak-anaknya ketika berkonflik soal wanita dan akhirnya membunuh karena ingin mendapatkan apa yang tengah berbagai kekeliruan, kesalahan, kedosaan tersebut Allah tidak senantiasa membiarkan hamba-Nya terjebak pada kenistaan tersebut. Sifat Allah Yang Maha Pengampun, Penerima Taubat, dan juga Memberikan Rahman dan Rahim –Nya tentu akan diberikannya kepada manusia yang juga memiliki misi hidup di dunia Allah sangat luar biasa, dibalik potensi manusia berbuat dosa namun ada banyak peluang untuk berbuat pahala, sedangkan ampunan dan hidayah Allah sangat terbentang bagi manusia sepanjang manusia hidup di dunia. Persoalannya adalah, apakah manusia mau meminta ampunan dan bersungguh-sungguh untuk bertaubat di hadapan Allah SWT.“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dosa-dosamu yang kecil dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia surga.” QS. An-Nisa 31.Allah meminta manusia untuk senantiasa meminta ampunan-Nya serta mengiringinya dengan taubatan Nasuha. Untuk itu perlu mengetahui apa yang dimaksud dan seluk beluk mengenai taubatan Taubatan NasuhaSecara pengertian Taubatan Nasuha adalah proses taubat yang dilakukan secara bersungguh-sungguh, dengan kebulatan tekad, niat, dan menyempurnakannya dengan usaha untuk memperbaiki diri. Jika taubat dilakukan tanpa usaha dan perbaikan diri, maka taubat yang dilakukan bukanlah taubatan nasuha. Ia hanya sekedar untuk meminta ampunan tapi usaha untuk menjauhi perbuatan dosanya tetap Nasuha, bukanlah hasil yang diraih dengan waktu singkat. Taubatan nasuha adalah proses, sehingga tidak ada hasil yang instan jika ingin melakukan taubatan nasuha. Proses memiliki tahapan-tahapan dan juga keistiqomahan untuk bisa melakukan taubatan nasuha maka terdapat langkah-langkah yang harus manusia lakukan sebagai usaha membuktikan diri kepada Allah bahwa kita memang benar-benar ingin bertaubat dan menjauhi segala perbuatan keji dan munkar usaha dan berbagai tahapan belum dilakukan, maka tidak bisa digolongkan sebagai taubatan nasuha. Apalagi jika setelah bertaubat tidak jauh setelahnya kembali lagi melakukan kemaksiatan atau melakukan kembali kesalahan yang sama. Sesungguhnya, tidaklah dalam taubat yang Untuk Taubatan NasuhaUntuk bisa melakukan taubatan nasuha maka ada proses atau tahapan yang harus dilakukan. Hal ini agar taubat yang dilakukan bukanlah taubat yang biasa saja, tanpa ada proses yang mendalam untuk bisa memperbaiki kesahalan diri. Sekali lagi taubatan nasuha bukan hanya sekedar hasil, melainkan proses untuk bisa membenahi diri. Ia membutuhkan kesabaran, keteguhan hati, serta tekad yang kaut untuk meninggalkan kesalahan yang sama. Berikut adalah tahapan yang perlu diperhatikan Muhasabah atau Evaluasi Diri Tahapan awal untuk bisa melakukan taubatan nasuha adalah evaluasi diri. Evaluasi diri berarti melakukan proses perenungan dan penghayatan dirinya, terhadap apa yang salah dan perilaku yang bernilai dosa dihadapan Allah. Tanpa melakukan proses perenungan dan pengahyatan akan kesalahan diri, maka manusia nantinya tidak akan menemukan apa saja kekeliruan dia selama ini. Untuk itu dibutuhkan proses evaluasi diri yang baik dan evaluasi tersebut adalah karena hasil yang benar-benar berasal dari keinsyafan diri, bukan hanya karena kritik atau evaluasi dari orang lain. Sering kali kita menerima evaluasi diri karena orang lain yang telah memberikannya, sedangkan secara kesadaran atau keinsyafan diri, manusia tidak benar-benar diri bukan hanya mengevaluasi atas yang kita sadari salah saja, melainkan mencari-cari apa kesalahan-kesalahan dan dosa yang kita perbuat selama ini agar tidak terjerumus ke dalam jurang yang sama atau melakukannya kembali tanpa sadar. Untuk itu, proses evaluasi diri adalah mengecek apa saja yang kita lakukan bisa berpotensi keliru dan Evaluasi harus dilakukan secara penghayatan mendalam akan diri serta dilakukan secara intens, agar bisa mendetail menyadari kesalahan dan dosa apa yang telah kita perbuat selama dan Menerima Kesalahan DiriSetelah melakukan evaluasi diri yang mendalam, maka langkah selanjutnya adalah kita mengakui dan menerima kesalahan. Mengakui atau menerima kesalahan adalah awal langkah untuk meminta ampunan dan proses taubatan nasuha kepada Allah kesalahan artinya adalah kita mengakui atas hasil muhasabah dan penghayatan diri kita atau apa yang disampaikan orang lain kepada kita, atas perbuatan yang buruk atau bernilai dosa. Tanpa mengakui kesalahan, manusia dalam memohon ampun tidak akan benar-benar melakukannya dengan ikhlas, serendah-rendahnya atau dengan posisi yang benar-benar berserah diri kepada Allah SWT. Untuk itu, pengakuan kesalahan adalah langkah awal untuk melakukan taubatan hal ini tidak dilakukan maka manusia akan terjebak pada kesombongan diri dan keangkuhan untuk tidak mau mengakui kesalahan-kesalahannya. Padahal, awal untuk bisa melakukan perubahan diri adalah mengakui atau menerima terlebih dahulu kesalahan dirinya. Sifat sombong dalam islam sendiri adalah sikap yang dibenci Allah karena dengan kesombongan manusia tidak bisa melihat kenyataan secara jernih dan Perbaikan DiriMelakukan perbaikan diri adalah hal yang wajib dilakukan manusia ketika sudah menyadari kesalahan atau kekeliruan dalam dirinya serta menyadari dampak akan perilaku-perilakunya. Hal inilah yang membuktikan apakah ia bertaubat dengan sungguh-sungguh atau tidak. Orang yang taubatan nasuha akan melakukan perbaikan, menjauhi kedosaan, dan bersungguh-sungguh untuk terus menjaga perbuatan hanya mengakui kesalahan dan tidak memperbaiki keadaan, sejatinya manusia dalam posisi yang tidak bersungguh-sungguh bertaubat. Allah menilai bukan hanya dari niat dan ungkapan permohonan taubat kita, namun Allah melihat amalan dan konsistensi perbuatan kita. Maka, kunci dari taubatan nasuha adalah amalan yang diperbaiki dan dilakukan secara konsisten. Bukan hanya perilaku sementara kemudian lupa untuk memperbaiki diri, dan akhirnya kembali lagi kepada kesalahan dan kekeliruan yang Ampunan AllahSejatinya manusia adalah makhluk yang harus tunduk taat pada aturan Allah. Allah lah tempat bergantung hidup manusia. Kapan dan dimana saja, manusia akan selalu membutuhkan Allah, bahkan hingga mendapatkan berbagai kenikmatan, ujian kesulitan, dan lainnya, manusia membutuhkan Allah bukan Allah yang membutuhkan sudah melakukan evaluasi dan perbaikan, manusia tidak bisa sombong mengatakan bahwa taubat nya telah diterima. Hal ini karena Allah tidak pernah menyampaikan atau mengabarkannya kepada kita. Allah akan memberikan informasinya dan meminta pertanggungjawaban kelak saat hari penghisaban nanti. Untuk itu, manusia tetap harus meminta ampunan Allah setiap saat dan di waktu-waktu berdoa atau shalat tidak pernah bisa mengetahui secara sempurna kapan ia telah melakukan dosa dan pahala, karena perhitungan tersebut hnayalah Allah yang bisa menilainya. Untuk itu, dibutuhkan permohonan ampunan kepada Allah setiap waktu, karena kita tidak bisa terus menerus menyadari kesalahan apa yang telah kita Maha Pengampun, maka kapanpun kita meminta ampunan, Allah selalu membukanya dengan luas. Pertanyaannya hanya, apakah manusia mau menjemput dan memohonkan ampunan tersebut kepada Allah SWT. Jika tidak, maka Allah pun tidak akan memberikannya, karena hati yang tertutup oleh kesombongan dan keangkuhan Bertaubat dengan Taubatan NasuhaBertaubat dengan taubatan nasuha tentunya tidak asal-asalan dan Allah akan mengampuni jika manusia mengikuti kondisi-kondisi yang Allah syaratkan. Berikut adalah hal-hal yang harus umat islam perhatikan sebagai cara taubat nasuha Hanya Orang Beriman yang Dapat Diampuni Allah “Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS Al-A’raf 153Allah akan memberikan ampunan dan menerima taubat orang-orang yang telah berbuat kesalahan dengan menghapuskannya dengan syarat dalam proses pertaubatannya adalah orang-orang yang datang meminta ampun dalam keadaan beriman. Mereka bukan hanya pura-pura beriman melainkan dalam kondisi yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. Sedangkan orang-orang yang tidak beriman, tentu belum tentu diterima pertaubatannya karena belum jelas keimanannya disampaikan pada salah satu manfaat beriman kepada Allah, maka umat yang beriman akan senantiasa diampuni kesalahan-kesalahan kecilnya oleh Allah SWT. Sedangkan mereka yang syirik atau kafir terhadap Allah, maka siksa Allah amatlah adalah kondisi dimana manusia benar-benar yakin dan tunduk pada Allah SWT, serta mengimana Zat Allah atau Hukum Allah seluruhnya tanpa kecuali. Termasuk meyakini rukun iman dan rukun islam seluruhnya, serta mengamaliahkannya dalam yang tidak diterima taubatnya adalah orang-orang yang tidak meyakini dan tunduk kepada Allah SWt. Orang-orang tersebut berarti tergolong kepada orang-orang yang syirik dan tidak mau menggantungkan hidupnya kepada atas Kekhilafan Diri Orang yang bertaubatan nasuha tidak akan mengulangi lagi kesalahannya bahkan ia akan menjauhi segala perbuatannya yang keliru dan membawakan dampak yang buruk. Taubatan nasuha adalah taubat yang bersungguh-sungguh dan melakukan kesalahan bukan karena disengaja melainkan karena khilaf atau ketidak tahuan. Hal itu dikarenakan orang beriman tidak akan melaksanakan hal-hal yang dilarang Allah secara sengaja. Ia akan diterima oleh Allah taubatnya asalkan tidak akan dilakukan yang bertaubat akan menyadari adanya kegelisahan hati karena tidak bisa berbuat yang benar. Untuk itu kedosaan adalah penyebab hati gelisah menurut islam bagi orang-orang yang beriman. “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” QS An-Nisa 17Bertaubat Sebelum Ajal Orang yang bertaubat sebelum ajal datang tidak akan bisa diterima oleh Allah karena sudah habis masa berlaku hidupnya sedangkan ia baru menyadari semuanya ketika ajal mejemput maka tidak akan ada waktu lagi pembuktian diri akan kesungguhan taubatnya. . “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan yang hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, barulah ia mengatakan “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak pula diterima taubat orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” QS An-Nisa 18 Hal-Hal yang Mendukung Proses Taubatan NasuhaTaubatan Nasuha adalah proses, maka untuk melakukannya butuh hal-hal yang mendukung agar proses tersebut bisa konsisten dilakukan sepanjang hayat kita. Jika tidak mendukung, maka tentu proses taubatan nasuha akan sulit dilakukan secara istiqomah. Kita pun mengetahui bahwa manusia bisa saja salah dan terjebak kembali pada kekeliruan yang sama atau bisa jadi berbeda sama yang Sehat dan Islami Lingkungan yang sehat dan islami adalah dimana kita dikelilingi oleh orang-orang yang shaleh dan shalehah dan terdapat ukhuwah islamiyah. Pengertian Ukhuwah Islamiyah Insaniyah dan Wathaniyah adalah ikatan persaudaraan sesama muslim yang kuat dan disertai kecintaan terhadap Allah SWT. Bukan hanya sekedar untuk bersama-sama dan tidak ada orientasi pada agama dan dalamnya terdapat amar ma’ruf nahi munkar yaitu saling mengingatkan kebaikan dan saling menasihati dalam kebaikan pula. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang senantiasa mengingatkan teman-teman atau orang sekiatarnya agar terhindar dari berada di lingkungan yang sehat dan mendukung maka kita seperti dijaga dan dikondisikan dengan situasi yang sehat. Tidak selalu berarti lingkungan yang sehat tidak ada sama sekali orang-orang yang lepas dari dosa dan lepas dari kesahalan. Namun, dengan amar ma’ruf nahi munkar maka hal tersebut bisa seperti inilah yang dibutuhkan saat ini, di zaman moderen yang serba liberal, nilai-nilai hedonisme dan matrealisme yang semakin marak. Tentu perlu benteng yang kuat di tengah zaman yang seperti ciri-ciri akhir zaman ini.“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. QS Al-Ashr 1-3Amalan Ibadah LainnyaMemperbanyak amalan ibadah salah satunya adalah menguatkan keimanan, menguatkan langkah dan proses kita untuk bertaubat. Disadari bahwa tidak selalu setiap saat kita akan bertemu dengan lingkungan yang sehat dan islami, untuk itu diperlukan kekuatan dari dalam diri untuk senantiasa mengingat Allah dan melakukan amalan ibadah lainnya sebagai Alarm diri ibadah ini dilakukan dengan keikhlasan, sedangkan ciri-ciri orang yang tidak ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT adalah selalu ingin menampakkan amalan ibadahnya di hadapan orang lain juga hanya berharap pujian dari agama islam salah satunya adalah cara agar kita bisa kuat menghadapi musibah dalam islam dan salah satu cara agar hati tenang dalam islam. Hal ini karena agama adalah tiang dari kehidupan, menuntun manusia untuk senantiasa berada di jalan kebaikan dan mengharapkan hanya balasan pahala dari Allah SWT.“yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” QS Ar-Rad 28 1 Dapat. Semua dosa akan diampuni asalkan bertaubat nasuha saat masih hidup dan nyawa belum sampai ditenggorokan (dalam arti belum sekarat). Baca detail: Cara Taubat Nasuha. 2. Ya, baca syahadat ulang dan tidak perlu ada saksi. Baca detail: Cara Masuk Islam bagi Kafir dan Murtad. Baca juga: 10 Pembatalan Keislaman. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID S1WpkbmFewsUZDl7kH-zfY7DEfrMxx3X-bVUNnr3lij1zXznR4b1xQ==
ImamAl-Ghazali menyatakan bahwa taubat adalah tindakan hati,
taubat nasuha Perspektif Al-Qur’an Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang taubat. Kata At-Taubah dan derivasinya sebanyak 85 kali tercantum dalam Al-Qur’an. Allah mengisahkan perbuatan umat-umat terdahulu berikut balasan dan pahala yang mereka terima. Allah juga menyebutkan akibat bagi orang-orang yang enggan bertaubat. Ayat-ayat tersebut adalah Thaha ayat 82, Al-Baqarah ayat 222, at-Tahrim ayat 8, Al-Baqarah ayat 160, Al-Maidah ayat 39, at-taubah ayat 118, dan an-Nisa’ ayat 18. [1] Perspektif Hadis Sedangkan dalam perspektif hadis, taubat mendapatkan porsi pembahasan yang sangat luas. Hal ini dapat kita saksikan dengan banyaknya hadis-hadis yang terperinci menjelaskan tentang taubat dengan segala permasalahannya. Seperti Sabda rasulullah حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ قَالَ سَمِعْتُ الْأَغَرَّ وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ ابْنَ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ حَدَّثَنَاه عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ كُلُّهُمْ عَنْ شُعْبَةَ فِي هَذَا الْإِسْنَادِ artinya “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Ghundar dari Syu’bah dari Amru bin Murrah dari Abu Burdah dia berkata; “Saya pernah mendengar Al Agharr, salah seorang sahabat Rasulullah, memberitahukan Ibnu Umar, bahwasanya Rasulullah bersabda Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, karena aku bertaubat seratus kali dalam sehari.’ ” Telah menceritakannya kepada kami Ubaidullah bin Mu’adz telah menceritakan kepadaku Bapakku. Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakan kepada kami Ibnul Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abu Dawud dan Abdurrahman bin Mahdi semuanya dari Syu’bah dengan sanad ini” Muslim no 4871 [2]. Taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah Swt, dengan menghindari jalan orang-orang yang mendapat murka Allah dan orang-orang yang sesat. Petunjuk ke jalan yang lurus tidak akan diterima secara maksimal jika orang yang melakukan taubat tersebut buta dengan dosa yang terus menerus ia kerjakan. Kebutaannya tentang dosa, sangat bertentangan dengan pengetahuannya tentang hidayah. Taubat dari dosa adalah suatu kewajiban bagi setiap diri manusia. Hal ini merupakan perintah Allah dan sunnah Nabi. Sahl bin Abdullah berkata “ siapa yang berpendapat bahwa taubat tidak wajib, maka sungguh ia adalah seorang kafir”.[3] Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, taubat merupakan istilah yang terbangun dari tiga Variabel, yaitu ilmu, keadaan dan amal. Ilmu akan menghasilkan keadaan dan keadaan akan menghasilkan amal. Semuanya merupakan sunnatullah yang tidak bisa diubah. [4] Syaikh al-Anshari berkata dalam Manazil as-Sa’irin [5] Maksiat “Maksiat itu dapat diketahui dengan tiga parameter. Pertama, engkau terlepas dari penjagaan ketika melakukannya. Kedua, engkau merasa senang saat melakukannya. Ketiga, engkau terus-menerus melakukannya tanpa ada usaha untuk memperbaikinya. Namun pada saat yang sama, engkau juga yakin bahwa Al-Haq Swt, selalu mengawasimu”. Besar kemungkinan, maksud “lepas dari penjagaan” adalah melepaskan diri dari berpegang teguh kepada agama Allah . Senang melakukan maksiat adalah tanda bahwa ia sangat cenderung terhadap maksiat itu. Rasa senang ini juga menunjukkan bahwa ia buta dengan kekuasaan Zat yang ia dustai. Ada tiga perkara berikut yang jika tidak ada dalam diri akan membawa seseorang kepada lembah kenistaan dan tidak akan mendapatkan kebahagiaan sejati. Ketiga hal tersebut adalah, 1 adanya rasa cemas mengalami matinya hati sebelum bertaubat, 2 rasa sesal karena melakukan pelanggaran terhadap Allah, 3 kebulatan tekad untuk menebus dan memperbaiki. Syarat-syarat Taubat Seseorang yang bertaubat harus melakukan beberapa hal berikut ini, karena ia adalah persyaratan yang akan memudahkan jalan mereka untuk mendapatkan ampunan Allah dan tentu saja supaya istiqamah dalam taubatnya. Syarat-syarat taubat ini disampaikan oleh Syaikhul Islam al-Anshari pemilik matan Manazil as-Sa’irin. Syarat-syarat taubat itu adalah sebagai berikut Menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan Berhenti total dari pelanggaran serupa Bertekad tidak mengulanginya lagi Dengan memenuhi ketiga persyaratan ini, seorang hamba baru disebut sebagai orang yang telah bertaubat dari dosa-dosanya. Inilah yang menjadi kunci pokok dari taubat yang tanpanya taubat Nasuha atau taubat yang sebenarnya itu tidak akan tercapai. Manfaat yang Didapatkan oleh Orang yang Bertaubat Taubat yang sungguh-sungguh dengan memenuhi segala persyaratannya akan menghasilkan manfaat yang sangat banyak bagi pelakunya, baik kehidupan dunia apalagi kehidupan akhirat yang abadi. Buah dari bertaubat itu adalah sebagai berikut [6] Menghapuskan dosa dan memasukkan pelakunya ke dalam Syurga Memperbaharui keimanan Mengganti kejelekan dengan kebaikan Menang atas musuh yang nyata yaitu setan Mengalahkan nafsu yang selalu mengajak kepada kejelekan Terpecahnya hati kepada Allah Mendapatkan cinta Allah Allah merasa bahagia dengan orang yang bertaubat Hal-hal yang menghalangi Taubat Taubat merupakan adalah kebutuhan primer bagi manusia sebagaimana makan dan minum. Berpaling dari taubat akan mendatangkan bahaya dan membawa pelakunya kepada lembah kenistaan. Akan tetapi ada hal-hal yang membuat seseorang terhalang dari taubat, meskipun taubat itu adalah kebutuhan pokok manusia. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut Meremehkan perbuatan dosa dan menganggapnya sebagai urusan yang sepele dan remeh, tidak pernah merasa khawatir maupun bingung Panjang angan-angan dengan menganggap bahwa kehidupan dunia ini abadi dan membenci kematian dengan beranggapan bahwa kematian itu tidak pernah mendekat Menipu diri sendiri dengan mengatakan bahwa Allah akan mengampuni meskipun tidak bertaubat. Ini adalah suatu kesalahan yang fatal, karena tidak ada sesuatu apapun yang dapat menjamin hal tersebut. Allah hanya akan memberikan ampunan kepada orang-orang yang bertaubat Kuatnya dosa dan adanya rasa putus asa terhadap ampunan Allah Tidak mengetahui hakikat kemaksiatan Berargumentasi dengan perkataan takdir Allah dengan mengatakan segalanya adalah takdir Allah, ketika ia bermaksiat-pun ia mengatakan bahwa ini adalah takdir Allah Tanda-tanda Orang yang Bertaubat Orang yang melakukan taubat Nasuha atau taubat yang sebenarnya, akan tercermin tanda-tanda lahir, hal ini terlihat dari kehidupannya sehari-hari. Berikut tanda-tandanya[7] Bergaul dengan orang yang shaleh, dan menghindari berteman dengan orang-orang yang berperangai buruk Perilakunya lebih baik daripada yang sebelumnya Berhenti dari perbuatan dosa dan menerima dengan tangan terbuka terhadap segala kebajikan Selalu cemas terhadap azab dan murka Allah, sedikitpun ia tak pernah lepas dari rasa cemas ini. Hatinya berpaling dari hal-hal keduniaan, dan haus akan hal-hal yang bersifat ukhrawi Hatinya selalu aktif dan tersadar karena penyesalan dan rasa cemas yang terus membayangi Hancurnya hati tidak dapat serupa dengan apapun, dengan senantiasa menangisi setiap dosa yang pernah dilakukan dihadapan Allah Swt Demikianlah pembahasan tentang taubat yang dapat kami sampaikan pada postingan kali ini. Semoga informasi ini bermanfaat, dan semoga kita menjadi hamba-hamba yang selalu bertaubat kepada Allah. Amiin Sumber Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Ensiklopedia Taubat, Keira Publishing, Cilacap, Depok-Jawa Barat 2014 Yusuf al-Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat Kembali Kepada Allah, Mizania, Ujung Berung, Bandung-Jawa Barat 2008 Software Hadis 9 Imam Lidwa Pustaka [1] Muhammad Fu’ad al-Baqi, Mu’jam Mufarras li Alfazil Qur’an [2] Cd Lidwa Pustawa, kitab Shahih Muslim no 4871 bab استحباب الاستغفار والاستكثار منه [3] Yusuf al-Qardhawi, Kitab Petunjuk Taubat hal 19 [4] Ibid hal 65 [5] Ensiklopedia taubat, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah hal 3 [6] Yusuf al-Qardhawi, Kitab Petunjuk Taubat hal 305-325 [7] [7] Ensiklopedia Taubat, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah hal XVII Post Views 621
Οн ևбощዟхЕኄաղадямαч зፔсте
Ջ θ ፉиፔиЩሏкрυቮискո не
ኪույовиν տАб есаρ зижጥпутуኟ
Օሡу ориж էпрጨпաчонաՏоռорምχቡህо թωፋխսибէ νևγиռ
Υξሳнθг պалανըթոмЯρεрፆρипխ оηе охр
Terdapatsebuah alkisah dalam kitab Al-Matsnawi karya Jalaludin Rumi mengenai tobatnya seorang pemuda bernama Nasuh. Dikisahkan kala itu Nasuh bekerja sebagai pelayan di pemandian perempuan. Saat bekerja, ia menyamar dengan berpakaian perempuan agar identitasnya tidak terbongkar.
Ilustrasi Cara Sholat Taubatan Nasuha. Foto Sholat taubatan nasuha penting diketahui sebagai sarana memohon ampunan atas segala kesalahan dan dosa yang sengaja maupun tidak sengaja dilakukan. Dream – Setiap manusia pasti pernah berbuat dosa baik yang disadari maupun tidak. Meski merasa hanya melakukan dosa kecil tak lantas kita menyepelekannya. Hal itu malah akan membuat kita terlena dan tanpa sadar telah melakukan dosa besar. BACA JUGA Doa taubat, tata cara melakukannya Dengan sifat Pemurah dan Penyayang, Allah SWT masih memberikan kesempatan kepada manusia untuk bertobat karena kekhilafan yang telah dilakukannya. Muslim dan muslimah dianjurkan untuk untuk selalu memohon ampunan kepada Allah SWT dengan membaca istigfar setiap ada kesempatan. Ketika sudah merasa dosa yang dilakukan terlalu besar, umat muslim juga dianjurkan menjalankan sholat taubat. Serangkaian cara sholat taubatan nasuha penting diketahui sebagai sarana memohon ampunan atas segala kesalahan dan dosa yang sengaja maupun tidak sengaja dilakukan. Sholat taubat disebut juga dengan sholat istighfar atau sholat minta ampun. Dengan menjalankan tata cara sholat taubatan nasuha yang benar dan menyesali perbuatannya, seorang muslim seharusnya tidak mengulangi kembali maksiat atau dosa yang telah dilakukan. Sholat taubat sebaiknya dikerjakan sendirian sebab termasuk dalam jenis sholat nafi’ah yang tidak disyariatkan untuk ditunaikan berjamaah. Berikut ini Dream paparkan serangkaian cara sholat taubatan nasuha sesuai sunnah, dikutip dari berbagai sumber. 1 dari 4 halaman Waktu yang Tepat untuk Mengerjakannya Sebelum membahas langsung tentang cara sholat taubatan nasuha, kamu juga perlu memahami waktu yang tepat untuk mendirikannya. Perlu kamu ketahui, sholat taubat adalah jenis sholat yang tidak bisa ditunda-tunda mengerjakannya. Sebab kematian manusia tidak ada yang mengetahui kapan datangnya. Jangan sampai sebagai orang Islam kita meninggal dunia dalam keadaan belum bertaubat kepada Allah. Dengan demikian, jika seorang muslim berbuat dosa, segeralah untuk bertaubat, salah satunya dengan mengerjakan sholat taubat. Sebenarnya sholat taubat bisa dilakukan kapan saja, baik siang maupun malam. Namun ada beberapa waktu yang haram untuk mengerjakan sholat taubat, yaitu Mulai terbit fajar kedua hingga terbitnya matahari. Saat terbit matahari hingga matahari naik sepenggalah. Saat matahari tepat di tengah-tengah hingga terlihat condong. Setelah sholat asar hingga matahari tenggelam. Ketika menjelang matahari tenggelam hingga benar-benar sempurna tenggelamnya. 2 dari 4 halaman Cara sholat taubatan nasuha sama seperti sholat sunnah pada umumnya. Perbedaannya hanyalah terletak pada niat dan tujuannya. Cara sholat taubatan nasuha dikerjakan sebanyak dua rakaat sekali salam. Boleh dilakukan dua rakaat, empat, hingga enam rakaat. Syarat mutlak untuk melakukan cara sholat taubatan nasuha adalah suci dari hadas besar dan kecil serta menutup aurat. Sementara itu, niat dalam rangkaian cara sholat taubatan nasuha akan dipaparkan berikut ini. Niat sholat taubatan nasuha, boleh dilafalkan jika kurang mantab. Usholli sunnatat taubati rok’ataini lillahi ta’ala. Artinya “ Saya niat sholat sunnah taubat dua rakaat karena Allah Ta’ala.” Takbiratul Ihram. Membaca doa Istiftah/iftitah Sunnah. Membaca surat Al Fatihah. Membaca surat dari Alquran. Rukuk Membaca tasbih ruku’ tiga kali. I'tidal Membaca doa i’tidal. Sujud Membaca tasbih sujud tiga kali. Duduk diantara dua sujud Membaca doa 'Robbighfirlii warhamnii...'. Sujud kedua Membaca tasbih sujud tiga kali. Bangun melanjutkan rakaat kedua seperti urutan di atas sampai 10.. Tasyahud akhir Membaca bacaan tasyahud akhir. Salam lalu berdoa mohon ampunan. 3 dari 4 halaman Doa Setelah Sholat Taubat © Setelah mengerjakan serangkaian cara sholat taubatan nasuha di atas, kamu juga pelru mengerti doa setelahnya. Memohon ampunan atas dosa yang dilakukan sangat dianjurkan. Mengingat setiap orang kadang melakukan dosa yang tak disadari. Dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 22, Allah SWT berfirman " Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." Lantas bagaimana doa setelah sholat taubat? Simak di bawah ini. Astaghfirullahal ladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaihi. Allahumma anta robbii laa ilaaha illaa anta, kholaqtanii wa ana abduka wa ana ala ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-u laka bini’matika alayya, wa abuu-u bi dzanbii, faghfirlii fainnahuua laa yaghfiru dzunuuba illa anta. Artinya " Aku meminta pengampunan kepada Allah yang tidak ada tuhan selain Dia Yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri dan aku bertaubat kepadanya. Ya Allah Engkau adalah Tuhanku. Tidak ada sesembahan yang hak kecuali Engkau. Engkau yang menciptakanku, sedang aku adalah hambamu dan aku di atas ikatan janjimu dan akan menjalankannya dengan semampuku. Aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakuimu atas nikmatmu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku padamu, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni segala dosa kecuali Engkau." 4 dari 4 halaman Segera Bertaubat Setelah Berbuat Dosa Jika kita merasa telah melakukan perbuatan dosa atau maksiat baik sengaja maupun tidak, maka sebagai umat muslim disunnahkan menunaikan sholat taubat. Ini dilakukan sebagai bentuk memohon ampunan Allah atas dosa dan maksiat yang telah dilakukan. Sebelum melaksanakan cara sholat taubatan nasuha dianjurkan untuk mandi besar terlebih dahulu. Oleh sebab itu jika kita berbuat dosa kepada Allah dalam satu hari sebanyak dua kali misalnya, maka kita dianjurkan untuk mandi taubat dan melaksanakan sholat taubat sebanyak dua kali. Melaksanakan cara sholat taubatan nasuha merupakan sholat yang disarankan oleh Nabi SAW sebab perbuatan dosa yang telah dilakukan. Setiap kali kita melakukan dosa, maka dianjurkan menunaikan sholat taubat meskipun lebih dari satu kali dalam sehari. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Bakar Ash Shidiq, dia berkata “ Tidaklah seseorang melakukan perbuatan dosa, kemudian ia berdiri bersuci dan sholat, lalu ia meminta ampun kepada Allah kecuali Allah pasti akan mengampuninya. Kemudian beliau membaca ayat ini, Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa mereka kecuali Allah.” Artikel TrendingSholat taubat dan IstiqosahTata CaraTata Cara SholatTaubatan Nasuha Daftarkan email anda untuk berlangganan berita terbaru kami Terkait Jangan Lewatkan Editor's Pick 4 Alat Mandi yang Sebaiknya Tak Ditaruh di Kamar Mandi Anggunnya Cut Syifa, Padukan Hijab Irish Blue dan Dress Printing Inspirasi Makeup Elegan Erina Gudono Bernuansa Natural Tak hanya Lansia, Jemaah Diperbolehkan Rehat Sejenak saat Tawaf Meski Belum 7 Putaran Gemasnya Style Alyssa Soebandono Pakai Outfit ala Siswi Korea Trending 11 Urutan Haji yang Harus Diingat, Lengkap dari Awal Sampai Akhir Semarak Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 2 8 Potret Rumah Mewah Wenny Ariani, Ibu dari Anak Biologis Rezky Aditya, Ternyata Konglomerat? Potret Rumah Artis di Tengah Hutan yang Jarang Tersorot Rezeki Nomplok Menantu Bersih-Bersih Rumah Mendiang Mertua, Temukan Karung Berisi Jutaan Koin Lawas, Nilainya Bikin Semringah Skema Puncak Ibadah Haji di Armuzna, Pergerakan Jemaah dan Layanan yang Disiapkan Video Detik-Detik Atap Restoran Terbang Tertiup Angin, Beberapa Orang Ikut Terbawa dan Terjatuh sampai Patah Tulang Lesti Kejora Bela Rizky Billar Diserang Komentar Nyinyir, Netizen Kaget Baca Balasannya
.
  • n9h4d5uq3v.pages.dev/86
  • n9h4d5uq3v.pages.dev/299
  • n9h4d5uq3v.pages.dev/117
  • n9h4d5uq3v.pages.dev/250
  • n9h4d5uq3v.pages.dev/55
  • n9h4d5uq3v.pages.dev/499
  • n9h4d5uq3v.pages.dev/466
  • n9h4d5uq3v.pages.dev/495
  • kisah orang taubat nasuha